Literasi: Kedai Kopi
Malam itu hujan sangat deras, petir bergemuruh seakan langit akan runtuh, kilat menambah kesan mencekam. Dengan erat aku memegang gagang payung, aku berjalan tergesa-gesa hingga beberapa kali aku tersandung kerikil, aku tak peduli yang aku pikirkan hanyalah sampai ke rumah lalu bergelung ke dalam selimut, sungguh malam ini sangat dingin. Sesekali aku berhenti untuk menanti angkutan umum, namun sayang tak ada satupun yang lewat. Yang benar saja aku harus berjalan kaki ditengah sepinya jalan? bagaimana jika tiba-tiba ada hantu atau makhluk astral yang menampakkan dirinya? huh mungkin aku akan pingsan mendadak. Aku menajamkan penglihatan mataku, apakah aku salah liat? bukan, bukan hantu, aku melihat kedai kopi di seberang jalan, dengan lampunya yang masih menyala terang, aroma kopinya seperti menghipnotisku untuk datang, oh Tuhan terima kasih atas pertolonganmu setidaknya aku bisa menghangatkan diriku sambil menunggu hujan reda di kedai kopi itu. Kini aku berdiri tepat di depan